Sabtu, 25 Agustus 2012

Libur!

Jalan raya Tawangmangu-Sarangan macet total, pada H+3 lebaran.

Akibatnya, kami sekeluarga yang juga berencana liburan ke Sarangan, harus mengurungkan niat. Kami sudah berada di pasar Tawangmangu saat mendengar kabar bahwa jalan ke puncak macet total. Dari pengakuan rekan sopir kami, jarak dari pasar Tawangmangu sampai Gondosuli, harus ditempuh dalam 2 jam! Padahal di hari biasa, cukup 10-15 menit saja. Padahal lagi, Gondosuli masih setengah perjalanan ke Sarangan... Walaupun di keluarga kami tidak ada yang bisa menyetir, tapi kami tahu bahwa macet dan nanjak adalah kombinasi yang menyusahkan.

Kami pikir melanjutkan perjalanan ke Sarangan adalah pilihan konyol. Karena kami sudah bersiap liburan, yang berarti pilihan pulang ke rumah adalah tidak mungkin, maka kami mencari opsi tempat lain yang bisa digunakan untuk liburan. Dan pilihan jatuh pada... Pacitan!

Ya, dari awalnya rencana liburan ke gunung, kami berputar arah untuk piknik ke pantai.
Tapi itu bukan masalah, ternyata masing-masing dari kami sudah menyipakan baju ganti untuk mandi di laut. Entah mengapa.

Pantai Teleng Ria, Teluk Pacitan, siang menjelang sore itu cukup syahdu.
Cuaca cerah, langit biru, dihiasi sedikit gumpalan awan keabu-abuan.
Angin bertiup cukup kencang, dan agak dingin. Namun tidak menyurutkan niat adek2 saya untuk mandi di pantai bersama teman-temannya, dan sesekali berfoto dengan kakak. Saya sendiri memilih berjalan-jalan saja, menggulung celana panjang sampai ke lutut dan hanya membiarkan air laut membasahi kaki saya sampai ke betis.

Pantai sore itu cukup ramai pengunjung, membuat para penjaga pantai bekerja keras, mengingatkan pengunjung agar jauh-jauh dari zona berbahaya. Daerah berbahaya itu dengan jelas ditandai dengan bendera merah yang ditancapkan di tiang2. Penjaga pantai tidak mau kejadian tahun lalu terulang, dimana beberapa pengunjung yang lengah terseret ombak dan akhirnya meninggal. Dengan ombak yang tidak besar, Pantai Teleng Ria justru berbahaya karena ombak besar bisa tiba-tiba datang. Selain itu pantai yang secara keseluruhan landai, namun tiba-tiba curam di beberapa tempat, sering membuat orang lengah.

Sayang kami tidak bisa berlama-lama, tak terasa maghrib sudah hampir tiba.
Setelah mengambil beberapa gambar dan membeli beberapa oleh-oleh, kami segera berkemas untuk pulang ke Solo. Setelah sebelumnya menyempatkan mampir ke rumah teman bapak di Baturetno, liburan kali ini ditutup dengan makan malam di daerah pinggiran kota Wonogiri.

Jumat, 24 Agustus 2012

Mbah Uti

innalillahi wainnailaihi raji'un
sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali

setelah berjuang dengan sakitnya selama kurang lebih 2 bulan,
setelah semua hutang dan kesalahan diikhlaskan,
setelah semua tetesan air mata,
hari Jum'at, 10 Agustus 2012,
21 Ramadhan 1433 H,
01.30 dini hari,
tiba waktunya mbah uti dipanggil oleh Allah SWT

Sri Satiti, 75 tahun
seorang nenek yang sangat menyayangi keempat cucunya
Yaa Allah, ampunilah dosa-dosa mbah uti, jadikanlah beliau termasuk ke dalam golongan orang-orang yang shalih, dan kumpulkanlah kami kembali di surgaMu kelak Amin,

Minggu, 05 Agustus 2012

Rumah Sakit

Bulan Juni-Juli kemarin menjadi bulan yg penuh dengan pengalaman berharga.
Akhir Juni, mbah uti harus masuk rumah sakit karena sakit di pinggang sebelah kanannya. Ini adalah kali pertama keluarga kami berurusan dengan rumah sakit, selain kasus "ibu melahirkan". Selama sebelas hari, saya harus menemani nenek, tidur di rumah sakit. Kadang-kadang ditemani kakak, kami berdua membawa tikar untuk tidur di lantai, di samping ranjang mbah uti.

Selama sebelas hari pula, jadwal kegiatan saya kacau. Gak bisa ke kampus, gak bisa ikut futsal, gak bisa jualan pulsa, bahkan untuk nonton pertandingan EURO pun susah. Saya masih ingat benar, hanya pertandingan Italia melawan Inggris yang saya bisa nonton secara penuh, sejak mbah uti masuk rumah sakit. Partai final pun, saya hanya nonton 5 menit terakhir. alhamdulillah masih kebagian gol keempat dan pesta kemenangan Spanyol.. :)

Pertandingan EURO sedikit banyak menjadi hiburan bagi orang-orang yang menunggu keluarganya yang harus opname di rumah sakit. Bersama orang-orang itulah, saya nonton bareng Piala Eropa di lobi bangsal . Setelah pertandingan selesai, mereka harus segera kembali ke kamar, kembali mengurusi keluarga masing-masing, yang membutuhkan mereka.
  
Sungguh berat cobaan bagi orang sakit, dan keluarga yang menunggu orang sakit.
Semoga Allah SWT memberikan kesabaran yang berlimpah bagi mereka semua. Amin

Sebelas hari itu menjadi pengalaman pertama saya menginap, menunggu keluarga di rumah sakit. Menyaksikan kesunyian rumah sakit di waktu malam, untuk pertama kalinya.
Pada akhirnya saya harus bersyukur
karena paling tidak, saya tidak harus menunggu dan merawat sepanjang waktu,
sementara mereka, tetangga bilik sebelah, orang-orang itu, banyak yang harus menunggu dan merawat keluarga mereka sepanjang waktu, tanpa ada yg menggantikan.

Akhirnya saya harus bersyukur
karena saya hanya harus menginap di rumah sakit selama sebelas hari,
sementara ada diantara mereka yang sudah ikut mondok selama satu bulan penuh,

Akhirnya saya harus bersyukur
karena saya masih bisa tidur dengan tikar, bantal dan selimut,
sementara mereka tidur langsung di lantai rumah sakit yang dingin, hanya bermodalkan selembar kain sarung

Dan saya harus bersyukur
karena paling tidak, saya hanya tidur di bawah, bukan di atas ranjang rumah sakit itu...

Ya Allah, semoga sakit yang Engkau berikan, dapat menghapus dosa-dosa kami di dunia ini. Amin